TRIBUNJABAR.ID – Musyawarah Nasional Partai Golkar yang rencananya akan digelar pada Desember 2024 kini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Salah satu isu yang mencuat adalah potensi bergabungnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, dengan Partai Golkar. Namun, nama Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto muncul sebagai salah satu kandidat kuat sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar.
Ketua Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (SOKSI) Jakarta Utara, Rouli Rajagukguk, telah mengusulkan nama Tommy Soeharto sebagai kandidat yang layak untuk menjadi calon Ketua Umum Partai Golkar. Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, I Gde Pantja Astawa, memberikan beberapa catatan penting terkait peluang Tommy Soeharto maju dalam bursa caketum Partai Golkar.
Catatan Pertama: Status Sebagai Kader Partai
Menurut Pantja, salah satu catatan penting adalah apakah nama Tommy Soeharto masih tercatat sebagai kader Partai Golkar, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Golkar. “Hal ini bisa menjadi batu sandungan. Jika Tommy sudah bukan bagian dari Golkar, maka otomatis tidak bisa mencalonkan diri sebagai Calon Ketua Umum di Musyawarah Nasional 2024,” ujar Pantja.
Namun, ia menambahkan bahwa jika Tommy mampu mempengaruhi kader-kader Golkar dan mengubah AD/ART Partai Golkar di Munas, maka Tommy berpotensi untuk ikut bertarung dalam pemilihan caketum.
Catatan Kedua: Beban Sejarah dan Kemampuan Manajerial
Pantja juga menyoroti beban sejarah yang melekat pada Tommy Soeharto. Banyak pihak yang akan menilai Tommy berdasarkan kiprah bapaknya, Presiden RI Ke-2 Soeharto, selama memimpin Orde Baru. Meskipun ada kelemahan yang terjadi selama kepemimpinan Soeharto, banyak juga kelebihan yang membuat Indonesia relatif aman dan stabil baik dari segi ekonomi maupun keamanan selama puluhan tahun.
“Tommy harus mampu menunjukkan performance yang berbeda dengan bapaknya. Publik akan melihat juga kemampuan manajerial, leadership, dan strategi yang dijalankan Tommy,” ungkap Pantja.
Ia menambahkan bahwa Tommy memang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sosial, yang tidak berbeda jauh dengan ayahnya. Namun, hal tersebut tidaklah cukup. “Mampu enggak begitu? Tidak mudah menurut saya, tetapi bukan tidak mungkin dia menjadi rising star kalau mampu menjawab beban sejarah,” tegas Pantja.
Dengan demikian, peluang Tommy Soeharto untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar sangat bergantung pada bagaimana pendekatannya terhadap partai dan bagaimana ia dapat menjawab beban sejarah yang melekat pada dirinya.
Narasumber:
- I Gde Pantja Astawa, Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Laporan oleh: Chaerul Umam untuk Tribunnews.com