Oleh: Agus Widjajanto
Praktisi Hukum & Pemerhati Budaya, tinggal di Jakarta
Setelah putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016 tentang yudicial review Undang-Undang Administrasi Kependudukan, yang memungkinkan penganut aliran kepercayaan mencantumkan keyakinannya pada kolom agama di eKTP dan kartu keluarga, muncul kebutuhan untuk membahas hubungan antara agama, budaya Jawa, dan pandangan masyarakat terhadap Islam Kejawen dan kebatinan.
Budaya Jawa dan Spiritualitas Sebelum Agama Samawi
Masyarakat Jawa memiliki hubungan mendalam dengan budayanya, terutama dalam konteks spiritualitas. Sebelum agama samawi masuk ke Jawa, animisme dan dinamisme telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Ritual seperti puasa dan pengurangan tidur dilakukan untuk mencari hakekat diri sebagai hamba Tuhan.
Konsep Manunggaling Kawulo lan Gusti
Istilah “Manunggaling Kawulo lan Gusti” adalah konsep dalam bahasa Jawa yang sering digunakan untuk menyatakan kedekatan antara hamba dan Sang Khaliq (Pencipta). Dalam buku “Dharmaning Satriya” karya Wawan Susetya, konsep ini dijelaskan dalam dunia pewayangan sebagai simbol kedekatan antara hamba dan Tuhan. Konsep ini erat kaitannya dengan ajaran tasawuf Jawa atau kebatinan.
Tasawuf dan Kebatinan Jawa
Tasawuf di Jawa dikenal dengan istilah kebatinan atau yang lebih populer disebut “kejawen”. Meski memiliki variasi, tujuannya hampir sama: menemukan Tuhan melalui upaya spiritual untuk mengenali diri sendiri dan akhirnya menyatu dengan Tuhan, mencapai tingkatan Ma’rifatullah. Syekh Siti Jenar, seorang penyebar agama asal Persia, dikenal dengan ajarannya tentang wahdatul wujud atau menyatunya wujud Tuhan dan manusia.
Kontroversi Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar dianggap kontroversial karena mengajarkan konsep wahdatul wujud kepada masyarakat yang belum siap menerima konsep tersebut. Meskipun dianggap menyimpang, Syekh Siti Jenar tetap teguh pada pendiriannya.
Kejawen dan Kebatinan Jawa
Istilah “kejawen” sebenarnya kurang tepat jika hanya diberikan label pada kalangan Islam. Banyak ahli spiritual Jawa dari berbagai latar belakang agama, termasuk Romo dan Pastur, yang memahami dan mempraktikkan kebatinan Jawa.
Agama Jawa sebagai Peugeran
Agama Jawa sebenarnya bukan agama, melainkan “peugeran” atau petunjuk arah. Ini bukan hanya tentang kultur, melainkan keyakinan yang mengintegrasikan nilai-nilai Jawa dengan kebatinan. Poros dari kejawen adalah mistik, yang menggabungkan syariat dengan budaya Jawa.
Perspektif Ronggo Warsito
Raden Ngabehi Ronggo Warsito, pujangga penutup dari keraton Kasunanan Surakarta, dalam karyanya “Wirid Hidayat Jati” mengungkapkan konsep Roro Ning tunggal. Meski berbeda dengan ajaran Syariat, konsep Tuhan dalam wirid Hidayat Jati lebih menekankan sifat imanen.
Sinkretisasi dalam Kebatinan Jawa
Sinkretisasi menjadi ciri khas kebatinan Jawa karena pengaruh ajaran Hindu-Budha dan pengaruh sastrawan serta raja-raja Jawa masa lalu. Manunggaling Kawulo lan Gusti adalah peugeran bagi para pemerhati kebatinan Jawa, bukan Agama Jawa.
Kesimpulan
Konsep Manunggaling Kawulo lan Gusti adalah cara masyarakat Jawa mempraktekkan ilmu tauhid. Meskipun sering dikaitkan dengan wahdatul wujud dan hulul, konsep ini lebih kompleks dan melibatkan berbagai aspek kebatinan Jawa. Sebagai sebuah “peugeran”, kejawen bukanlah agama, melainkan petunjuk arah dari nilai-nilai tradisi Jawa yang harus dihayati dengan sungguh-sungguh untuk menemukan kebenaran yang hakiki.
Narasumber:
- Prof Dr Suwardi Endraswara, “Agama Jawa, Ajaran, Amalan, dan Asal Usul Kejawen”
- Wawan Susetya, “Dharmaning Satriya” (2029-241)
- Prof Dr Simuh, Guru Besar Filsafat Universitas Indonesia
- Kitab “Fu Sus Al Hikam” karya Ibnu Arabi
- “Ihya Ulumuddin” karya Imam Al Ghazali
Berikut adalah cara Anda bisa mencari sumber-sumber tersebut:
Prof Dr Suwardi Endraswara
Anda bisa mencari bukunya yang berjudul “Agama Jawa, Ajaran, Amalan, dan Asal Usul Kejawen” di toko buku online atau perpustakaan digital.Wawan Susetya
Anda bisa mencari bukunya yang berjudul “Dharmaning Satriya” (2029-241) di toko buku online atau perpustakaan digital.Prof Dr Simuh
Anda bisa mencari publikasi atau karya Prof Dr Simuh yang berjudul “Wirid Hidayat Jati” di Google Scholar atau perpustakaan digital.Kitab “Fu Sus Al Hikam” karya Ibnu Arabi
Anda bisa mencari kitab ini di perpustakaan digital atau situs web khusus yang menyediakan literatur keagamaan.“Ihya Ulumuddin” karya Imam Al Ghazali
Anda bisa mencari kitab ini di perpustakaan digital atau situs web khusus yang menyediakan literatur keagamaan.
Dengan mencari sumber-sumber ini, Anda dapat mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan mendalam tentang topik kejawen dan kebatinan Jawa.
Dengan berbagai pandangan dan pemahaman, konsep Manunggaling Kawulo lan Gusti menjadi sebuah diskusi mendalam tentang bagaimana masyarakat Jawa memahami dan mempraktekkan hubungan antara manusia dan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.