JAKARTA, TABLOIDDICTUM.COM – Dalam menjelang Musyawarah Nasional Partai Golkar yang akan diadakan Desember 2024, bursa calon Ketua Umum (Caketum) telah memanas. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, telah meramaikan bursa Caketum dengan isu potensial bergabung ke Partai Golkar. Isu ini mendapat respons pro dan kontra, terutama dari internal partai.
Aburizal Bakrie, Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar, menegaskan bahwa partai memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang mengatur syarat untuk menjadi Ketua Umum (Ketum). Salah satu syarat yang ditetapkan adalah minimal memiliki pengalaman kepemimpinan selama lima tahun di dalam partai.
Tommy Soeharto: Calon Ketum yang Berpotensi Mengembalikan Marwah Partai
Munculnya nama Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto sebagai calon Caketum mendapat dukungan dari beberapa pihak. Ketua Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (SOKSI) Jakarta Utara, Rouli Rajagukguk, berpendapat bahwa Tommy Soeharto lebih layak untuk menjadi Caketum. Menurut Rouli, selama 20 tahun terakhir, Tommy fokus pada bisnisnya daripada kekuasaan, sehingga dianggap tidak haus kekuasaan.
“Tommy Soeharto layak meneruskan kepemimpinan Bapak Airlangga Hartarto, karena Bapaknya, Presiden RI Kedua, merupakan tokoh pendiri Partai Golkar. Dalam sejarah pendiriannya, identik dengan berdirinya Orde Baru dan Bapaknya telah membesarkan Partai Golkar,” ujar Rouli Rajagukguk.
Catatan Penting dari Ahli Hukum Tata Negara
Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa SH., MH., Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, memberikan analisis mengenai peluang Tommy Soeharto menjadi Caketum. Menurutnya, meskipun Partai Golkar kini lebih berorientasi pada kader daripada tokoh, Tommy harus memenuhi beberapa catatan penting. Salah satunya adalah apakah Tommy masih tercatat sebagai kader Partai Golkar dan apakah AD/ART partai dapat diubah untuk memfasilitasi keinginan Tommy.
“Tommy harus mampu menanggung beban sejarah dari ayahnya. Dia harus menunjukkan bahwa dia memiliki kemampuan manajerial, kepemimpinan, dan strategi yang mampu menjadikan Indonesia relatif aman dan stabil, baik dari segi ekonomi maupun keamanan,” ujar Prof. Pantja Astawa.
Sejarah dan Harapan untuk Masa Depan Partai Golkar
Praktisi hukum dan pengamat politik sosial budaya, Agus Widjajanto, mengungkapkan pandangannya bahwa Partai Golkar yang memiliki sejarah panjang dengan keluarga Cendana seharusnya dipimpin oleh salah satu anggota keluarga tersebut. Menurutnya, Partai Golkar adalah partai yang berbasis nasionalis dan religius dengan pengkaderan yang telah matang.
“Partai Golkar dulu bernama Sekber Golongan Karya, dibentuk pada tanggal 20 Oktober 1964, oleh Soeharto dan Suhardiman, yang tentu mempunyai ikatan sejarah yang sangat erat dengan keluarga Cendana sebagai pendiri,” kata Agus Widjajanto.
Kesimpulan
Munculnya nama-nama seperti Jokowi, Gibran, dan Tommy Soeharto sebagai calon Caketum Partai Golkar menunjukkan dinamika politik yang sedang terjadi di internal partai. Meski demikian, keputusan akhir akan tergantung pada dinamika politik dan kesepakatan internal partai tersebut.
Narasumber:
- Aburizal Bakrie, Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar
- Rouli Rajagukguk, Ketua Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (SOKSI) Jakarta Utara
- Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa SH., MH., Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
- Agus Widjajanto, praktisi hukum dan pengamat politik sosial budaya
Laporan oleh: Redaksi TabloidDictum.com