Oleh Agus Widjajanto
Indonesia, sebuah negara kepulauan yang kaya akan budaya dan keanekaragaman, telah melewati berbagai fase sejarah yang menentukan identitasnya. Salah satu fase penting dalam sejarah Indonesia adalah periode penjajahan oleh Belanda. Di bawah penjajahan tersebut, konsep “Bumi Putra” atau penduduk asli Indonesia, dianggap rendah oleh penjajah. Konsep ini menciptakan dinamika sosial-politik yang mempengaruhi pandangan dan pemikiran para pendiri bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Sejarah Penjajahan dan Stigma Terhadap “Inlanders”
Pada masa penjajahan Belanda di Hindia Belanda, penduduk pribumi atau “Inlanders” dianggap sebagai golongan yang lebih rendah oleh penjajah. Istilah “Inlanders” bukan hanya sekedar sebutan, namun mencerminkan pandangan kolonial yang merendahkan dan mendiskriminasi penduduk asli. Penjajahan ini menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi yang mendalam antara pribumi dan penjajah, serta menanamkan stigma bahwa bangsa Eropa, terutama Belanda, adalah bangsa yang lebih unggul dan beradab.
Reaksi dan Pemikiran Para Pendiri Bangsa
Para pendiri bangsa Indonesia, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan para pejuang lainnya, memiliki pemikiran yang jauh lebih maju dan inklusif. Mereka menyadari bahwa untuk merdeka, bangsa Indonesia harus bersatu dan melawan stigma negatif yang dibuat oleh penjajah. Pemikiran-pemikiran para pendiri bangsa ini mencerminkan semangat kebangsaan, persatuan, dan keadilan sosial.
Soekarno, dalam pidatonya, seringkali menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Dia juga menolak pandangan kolonial yang merendahkan bangsa Indonesia dan membangkitkan semangat nasionalisme untuk menentang penjajahan.
Keturunan Timur Asing dan Identitas Kebangsaan
Di samping stigma terhadap “Inlanders”, ada juga stigma terhadap “keturunan Timur Asing” atau Indo yang merupakan keturunan campuran antara penduduk pribumi dan orang Eropa. Mereka seringkali berada dalam posisi yang ambigu dalam masyarakat kolonial dan menjadi sasaran diskriminasi.
Namun, pemikiran para pendiri bangsa Indonesia menekankan bahwa semua warga negara Indonesia, tanpa memandang keturunan atau latar belakang, memiliki hak yang sama dalam membangun negara ini. Semangat kebhinekaan dan toleransi menjadi prinsip utama dalam merumuskan identitas kebangsaan Indonesia.
Kesimpulan
Sejarah penjajahan Belanda di Indonesia telah menciptakan stigma dan diskriminasi terhadap “Inlanders” dan keturunan Timur Asing. Namun, pemikiran para pendiri bangsa Indonesia, yang menekankan persatuan, keadilan, dan kebhinekaan, telah mengubah paradigma tersebut. Identitas kebangsaan Indonesia yang inklusif dan toleran telah dibangun melalui perjuangan dan pemikiran para pendiri bangsa.
Dalam konteks sejarah Indonesia, pemahaman dan apresiasi terhadap perjuangan para pendiri bangsa sangat penting untuk mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai kebangsaan yang telah mereka bangun.
Agus Widjajanto adalah Pemerhati Budaya, Sosial Politik, dan Praktisi Hukum di Jakarta.